KerajaanMataram Kuno menghasilkan produk-produk kebudayaan yang hingga saat ini masih dapat kita nikmati. Peninggalan Dinasti Sanjaya adalah Candi Gedong Sanga dan Candi Dieng. Sementara itu, peninggalan Dinasti Syailendra meliputi Candi Borobudur, Candi Mendut, dan Candi Pawon. Sriwijaya. Kerajaan Sriwijaya dipercaya berdiri abad ke-7 SM.
Kerajaan Sriwijaya bermula dari daerah pantai timur Sumatra yang telah menjadi jalur perdagangan ramai dan banyak dikunjungi para pedagang India dari sekitar awal tahun masehi. Karena keadaan tersebut, mulai bermunculan pusat-pusat perdagangan pula di sekitar sana. Lambat laun, pusat-pusat perdagangan tersebut berkembang menjadi kerajaan-kerajaan kecil di sekitar abad ke-7 masehi. Beberapa kerajaan kecil tersebut antara lain Tulangbawang, Melayu, dan Sriwijaya. Di antara ketiga Kerajaan tersebut yang berhasil berkembang hingga masa kejayaannya adalah Sriwijaya. Sebetulnya, kerajaan Melayu juga sempat berkembang pesat di Jambi, namun berhasil ditaklukkan oleh Sriwijaya. Letak Kerajaan Sriwijaya Letak geografis kerajaan Sriwijaya diperkirakan terdapat di Palembang. Namun, ada pula yang berpendapat di Jambi, bahkan di luar Indonesia. Meskipun begitu, pendapat yang paling banyak didukung oleh para ahli sejarah adalah bahwa lokasi Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang. Ada juga yang berpendapat bahwa Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan maritim dan tidak memiliki sistem ketatanegaraan yang formal. Mereka lebih memilih untuk terus mengawasi kekuasaannya di laut dan tidak terlalu memperhatikan pusat pemerintahan di darat. Sehingga, pendapat tersebut menyatakan bahwa kerajaan ini adalah kerajaan nomaden selalu berpindah-pindah dan tidak memiliki lokasi pusat pemerintahan yang tetap. Namun hingga saat ini hasil penelitian yang paling banyak mendapat dukungan menunjukkan bahwa pusat Kerajaan Sriwijaya adalah di Palembang. Hanya saja, ketika pusat kerajaan tersebut mengalami kemunduran, pusat pemerintahan Sriwijaya pindah ke Jambi. Berikut adalah gambar peta lokasi kerajaan sriwijaya. Gambar peta lokasi letak geografis Kerajaan Kekuasaan Sriwijaya Sriwijaya berpusat di antara Sumatera Selatan, sebagian Malaysia, dan sebagian besar pulau Jawa. Ketika berjaya, daerah kekuasaan Kerajaan Sriwijaya sangatlah luas bahkan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimatan, dan Sulawesi. Pernyataan di atas sesuai dengan pendapat Saptika 2011, hlm. 33 yang mengatakan bahwa Sriwijaya adalah salah satu Kemaharajaan maritim yang kuat di Pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Salah satu sumber sejarah Kerajaan Sriwijaya adalah prasasti-prasasti yang banyak ditemukan di sekitar wilayah Sumatera bagian selatan. Selain itu terdapat pula beberapa prasasti yang ditemukan di pulau Jawa, bahkan di mancanegara. Berikut adalah pemaparannya. Prasasti Kerajaan Sriwijaya Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ditulis menggunakan aksara palawa dalam bahasa Sanskerta. Sebagian prasasti ditulis dalam bahasa Melayu Kuno. Beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya tersebut adalah sebagai berikut. Prasasti Kedukan Bukit Prasasti Kedukan Bukit ditemukan di tepi Sungai Tatang, dekat Palembang. Prasasti ini berangka tahun 605 Saka 683 M. Isinya antara lain menerangkan bahwa seseorang bernama Dapunta Hyang mengadakan perjalanan suci atau disebut dengan siddhayatra dengan menggunakan perahu. Disebutkan bahwa Ia berangkat dari Minangtamwan dengan membawa pasukan sejumlah personel. Gambar Prasasti Kedukan Bukit Utomo, 2010.Kemungkinan āMinangtamwanā adalah āMinanga Tamwanā yang berarti daerah yang terletak di antara dua sungai besar yang bertemu. Poerbatjaraka & Soekmono mengungkapkan bahwa Minanga terletak di hulu Sungai Kampar, tepatnya di pertemuan Sungai Kampar Kanan dan Kampar Kiri. Poerbatjaraka juga mengatakan bahwa kata Minangatamwan bisa jadi merupakan nama lama dari Minangkabau. Sementara itu, Buchari berpendapat bahwa Minanga berada di hulu Batang Kuantan. Prasasti Talang Tuo Diberi nama Prasasti Talang Tuo karena ditemukan di sebelah barat Kota Palembang di daerah Talang Tuo. Prasasti ini berangka tahun 606 Saka atau setara dengan 684 masehi. Prasasti ini berhuruf Pallawa namun berbahasa Melayu Kuno. Prasasti Talang TuoIsinya menyebutkan mengenai pembangunan sebuah taman yang disebut Sriksetra, atas perintah Dapunta Hyang Sri Jayagana, untuk kemakmuran semua makhluk. Selain itu terdapat pula doa dan harapan yang menunjukkan sifat agama Buddha. Prasasti Telaga Batu Prasasti ditemukan di kolam Telaga Biru tidak jauh dari Sabokingking, Kota Palembang. Prasasti ini tidak bertarikh atau tidak dituliskan angka tahun pembuatannya. Diperkirakan prasasti ini berasal dari tahun yang sama dengan prasasti Kota Kapur, yakni sekitar 686 M. Prasasti Telaga Batu Utomo, 2010.Isinya mengenai kutukan-kutukan terhadap siapa saja yang melakukan kejahatan dan tidak mengikuti peraturan Kerajaan atau perintah raja. Prasasti ini juga memuat data-data mengenai penyusunan ketatanegaraan Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Kota Kapur Prasasti Kota Kapur ditemukan di desa Penangan, Mendo Barat, Pulau Bangka. Bertarikh berangka tahun 608 Saka 656 M. Coedes 2014, hlm. 65 menduga bahwa material batu prasasti ini didatangkan dari luar, karena jenis batunya tidak terdapat di Pulau Bangka. Prasasti Kota Kapur Kemdikbud, 2019Isi utamanya adalah permintaan kepada para Dewa untuk menjaga kesatuan Sriwijaya. Prasasti ini juga berisi kutukan-kutukan terhadap mereka yang berbuat jahat, tidak tunduk kepada raja atau tidak patuh terhadap Kerajaan akan celaka. Keterangan penting lain adalah terdapat catatan usaha Sriwijaya untuk menaklukkan ābumi Jawaā yang belum tunduk kepada Kerajaan Sriwijaya. Prasasti Karang Berahi Prasasti Karang Berahi ditemukan di Desa Karang Berahi, Jambi. Prasasti ini berangka tahun 608 saka atau setara dengan 686 masehi. Isinya kurang lebih mirip dengan Prasasti Kota Kapur dan Prasasti Telaga Biru, yakni kutukan bagi yang tidak tunduk kepada Sriwijaya. Gambar peninggalan kerjaan sriwijaya prasasti karang berahiSumber Sejarah Kerajaan Sriwijaya di Luar Indonesia Selain prasasti yang ditemukan di Indonesia, beberapa prasasti yang lain juga ditemukan di luar Indonesia. Misalnya, Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M ditemukan di Ligor, Semenanjung Melayu, dan Prasasti Nalanda tidak berangka ditemukan di India Timur. Prasasti Tanjore India Prasasti Tanjaore ditemukan di India, dalam prasasti ini disebutkan bahwa pada tahun 1017 pasukannya menyerang kerajaan Swarnabhumi Sumatera; Sriwijaya. Serangan itu diulang kembali pada tahun 1025, rajanya yang bernama Sanggramawijaya Tunggawarman berhasil ditawan oleh pasukan Cola, tetapi akhirnya Sanggramawijaya dilepaskan. Prasasti Srilanka Seeperti penamaannya, prasasti ini ditemukan di Srinlanka, dan diperkirakan berasal dari abad XII. Isinya menyebutkan bahwa Suryanaraya dari wangsa Malayupura dinobatkan sebagai maharaja di Suwarnapura Sriwijaya. Pangeran Suryanarayana menundukkan Manabhramana. Berita Cina mengenai Sriwijaya Di samping prasasti-prasasti tersebut, berita Cina juga merupakan sumber sejarah Sriwijaya yang penting. Misalnya berita dari I-tsing, yang pernah tinggal di Sriwijaya. Setelah berlayar selama 20 hari dari Guangzhou, I-Tsing tiba di Fo-tsi Sriwijaya pada tahun 651 M. Ia tinggal dan belajar di Sriwijaya selama enam bulan. Raja Sriwijaya membantunya untuk sampai ke Melayu dan I-Tsing tinggal di sana selama dua bulan. Sumber Cina yang lain menyebutkan pada tahun 1156 raja Srimaharaja mengirim utusan ke Cina, hal serupa juga terulang pada tahun 1178. Kronik Dinasti Sung Tahun 988 M, datang seorang utusan dari Fo-tsi Sriwijaya di Cina. Setelah tinggal selama dua tahun di Cina, ia pergi ke Kanton dan mendengar bahwa negaranya diserang She-po. Maka, ia terpaksa tinggal setahun lagi di Cina. Pada tahun 992 M, ia berlayar kembali ke Campa, tetapi karena tidak ada kabar apa pun tentang negerinya, ia kembali ke Cina dan meminta perlindungan kaisar Cina. Perkembangan Kerajaan Sriwijaya Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kerajaan ini berkembang. Faktor-faktor yang menyebabkan kerajaan Sriwijaya berkembang di antaranya adalah sebagai berikut. Letak geografis dari Kota Palembang. Di depan muara sungai Musi terdapat pulau-pulau yang dapat berfungsi sebagai pelindung, sehingga ideal untuk kegiatan pertahanan dan pemerintahan. Lokasi ini juga merupakan jalur perdagangan internasional terutama dari India dan Cina. Sungai besar, peran laut juga cocok untuk penduduknya yang telah memiliki bakat sebagai pelaut ulung. Runtuhnya Kerajaan Funan di Vietnam. Kamboja telah menaklukan Funan di Vietnam, sehingga memberikan kesempatan bagi Kerajaan Sriwijaya untuk cepat berkembang sebagai negara maritim. Sementara itu, keadaan politik dan pemerintahannya secara umum akan dijelaskan pada uraian di bawah ini. Perkembangan Politik dan Pemerintahan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya mulai berkembang pada abad ke-7 M. Pada awal perkembangannya raja disebut sebagai Dapunta Hyang Prasasti Kedukan Bukit dan talang Tuo. Dapunta Hyang secara terus-menerus melakukan usaha perluasan daerah kekuasaan Sriwijaya. Berikut adalah runutan penguasaannya. Tulang-Bawang yang terletak di daerah Lampung. Daerah Kedah yang terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Daerah ini sangat penting artinya bagi usaha pengembangan perdagangan dengan India. Menurut I-tsing, penaklukan Sriwijaya atas Kedah berlangsung antara tahun 682-685 M. Pulau Bangka yang terletak di pertemuan jalan perdagangan internasiona. Daerah ini dapat dikuasai Sriwijaya pada tahun 686 M berdasarkan prasasti Kota Kapur. Daerah Jambi terletak di tepi Sungai Batanghari. Daerah ini memiliki kedudukan yang penting untuk memperlancar perdagangan di pantai timur Sumatra. Penaklukan ini dilaksanakan kira-kira tahun 686 M Prasasti Karang Berahi. Tanah Genting Kra merupakan tanah genting bagian utara Semenanjung Melayu. Penguasaan Sriwijaya atas Tanah Genting Kra dapat diketahui dari Prasasti Ligor yang berangka tahun 775 M. Kerajaan Kalingga dan Mataram Kuno. Menurut berita Cina, diterangkan adanya serangan dari barat, sehingga mendesak Kerajaan Kalingga pindah ke sebelah timur. Diduga yang melakukan serangan adalah Sriwijaya. Semua penguasaan tersebut berdasarkan jalur perdagangan yang dianggap penting untuk mengembangkan perekonomian maritim Kerajaan Sriwijaya. Berkat perluasaan daerah tersebut, Sriwijaya menjadi kerajaan yang besar. Untuk lebih memperkuat pertahanannya, pada tahun 775 M Sriwijaya membangun pangkalan kerajaan di daerah Ligor atas perintah raja Darmasetra. Kehidupan Agama Sriwijaya Kehidupan beragama di Sriwijaya sangatlah kuat dan semarak. Bahkan Sriwijaya berhasil menjadi pusat agama Buddha Mahayana di kawasan Asia Tenggara. I-tsing dalam catatannya menceritakan bahwa ribuan pelajar dan pendeta agama Buddha tinggal di Sriwijaya. Salah satu pendeta Buddha yang terkenal adalah Sakyakirti. Banyak pelajar asing yang sengaja datang ke Sriwijaya untuk mempelajari bahasa Sanskerta. Antara tahun 1011-1023 sempat datang seorang pendeta agama Buddha dari Tibet yang bernama Atisa untuk memperdalam pengetahuan agamanya. Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang berhubungan dengan perkembangan agama meliputi Candi Muara Takus, ditemukan di dekat Sungai Kampar di daerah Riau; Arca Buddha, ditemukan di daerah Bukit Siguntang; Wihara Nagipattana, dibangun oleh Sriwijaya di Nagipattana, India Selatan. Suatu ketika Raja Balaputra menghadiahkan sebidang tanah kepada Balaputradewa untuk pendirian sebuah asrama bagi para pelajar dan siswa yang sedang belajar di Nalanda, yang dibiayai oleh Balaputradewa, sebagai ādharmaā. Hal itu tercatat dengan baik dalam prasasti Nalanda, yang saat ini berada di Universitas Nawa Nalanda, India. Bahkan bentuk asrama itu mempunyai kesamaan arsitektur dengan candi Muara Jambi, yang berada di Provinsi Jambi saat ini. Hal tersebut menandakan Sriwijaya memperhatikan ilmu pengetahuan, terutama pengetahuan agama Buddha dan bahasa Sanskerta bagi generasi mudanya. Hal itu juga sesuai dengan pendapat Prasetya 2010, hlm. 32 yang mengungkapkan bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan besar penganut agama Buddha yang telah mengembangkan iklim kondusif untuk perkembangan agama Budha. Kehidupan Ekonomi Kerajaan Sriwijaya Awalnya, penduduk Sriwijaya kebanyakan hidup dengan bertani. Akan tetapi, karena lokasi Sriwijaya yang terletak di tepi Sungai Musi yang terhubung ke pantai, perdagangan menjadi cepat berkembang. Kemudian, perdagangan akhirnya menjadi mata pencaharian pokok Sriwijaya. Perkembangan perdagangan itu tentunya dipicu oleh letak geografis Kerajaan Sriwijaya yang strategis. Letaknya tepat berada di persimpangan jalur perdagangan internasional. Para pedagang Cina yang berlayar menuju India akan singgah terlebih dahulu di Sriwijaya, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya semakin ramai dan berkembang menjadi pusat perdagangan. Kerajaan ini juga mulai menguasai jalur perdagangan nasional maupun internasional. Jalur perdagangan Sriwijaya membentang dari Laut Natuna, Selat Malaka, Selat Sunda, dan Laut Jawa hingga ke Asia Tenggara yang merupakan jalur perdagangan internasional antara India dan Cina. Selain mendapatkan keuntungan langsung dari perdagangan, Sriwijaya juga mendapatkan keunggulan tidak langsungnya. Kapal-kapal yang singgah dan melakukan bongkar muat diharuskan untuk membayar pajak. Hal tersebut tentunya menambah kemakmuran bagi Kerajaan ini. Hasil budaya kerajaan Sriwijaya meliputi gading, kulit, beberapa jenis binatang liar untuk kepentingan ekspor. Sementara itu mereka cenderung banyak mengimpor beras, rempah-rempah, kayu manis, kemenyan, emas, gading, dan binatang. Silsilah Kerajaan Sriwijaya Silsilah dinasti dan raja-raja dari kerajaan Sriwijaya secara berututan adalah sebagai berikut. Dapunta Hyang Sri Jayanasa 683 M Diperkirakan merupakan pendiri Kerajaan Sriwijaya, disebutkan dalam Prasasti Keduka Bukit, Talang Tuo, dan Kota Kapur. Raja menaklukkan Kerajaan Melayu dan Tarumanegara dalam masa pemerintahannya. Indravarman 702 MIndravarman sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 702-716 M, dan 724M. Rudra Vikraman / Lieou-t`eng-wei-kong 728 M Rudra Vikraman sempat mengirim utusan ke Tiongkok pada tahun 728-748M. Dharmasetu 790 M Sangramadhananjaya / Wisnu/ Vishnu 775 M Selamakepemimpinannya, Raja yang membawa Sriwijaya menaklukkan Kamboja Selatan. Samaratungga 792 MSriwijaya gagal mempertahankan kekuasaan di Kamboja Selatan pada tahun 802 M. Balaputra Sri Kaluhunan Balaputradewa 835MRaja yang membawa Kerajaan Sriwijaya ke masa keemasannya. Ia juga memerintahkan pembuatan biara untuk Kerajaan Cola di India dan meninggalkan Prasasti Nalanda. Sri Udayadityawarman 960 M Sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 960 M. Sri Wuja atau Sri Udayadityan 961 MMengirimkan utusan ke Tiongkok pada 961-962 M. Hsiae-she 980 MSelama kepemimpinannya, Raja Hsiae-she mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 980-983 Sri Cudamaniwarmadewa 988 M Saat Sriwijaya dibawah kekuasaannya, terjadi penyerangan dari Jawa. Sri Marawijayottunggawarman 1008 M Selama kepemimpinannya sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 1008 Sumatrabhumi 1017 M Pada masa kekuasaannya, Raja Sumatrabhumi mengirimkan utusan ke Tiongkok pada tahun 1017 Sri Sanggramawijayottunggawarman 1025 Sempat ditaklukan dan ditawan oleh Kerajaan Cola dari India, kemudian dilepaskan. Sri Deva 1028 M Sempat mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1028 M. Dharmavira 1064 M Sri Maharaja 1156 M Pernah mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1156 M. Trailokaraja Maulibhusana Varmadeva 1178 M Pada masa kekuasaannya mengirimkan utusan ke Tiongkok pada 1178 M. Pada tahun 1402 pangeran terakhir dari Kerajaan Sriwijaya, yakni Parameswara mendirikan Kesultanan Malaka di Semenanjung Malaysia. Masa Kejayaan Kerajaan Sriwijaya Nama raja kerajaan Sriwijaya yang paling terkenal adalah Balaputradewa. Ia memerintah sekitar abad ke-9 M. Pada masa pemerintahannya, Sriwijaya berkembang pesat dan mencapai masa kejayaan atau zaman keemasan. Ia berhasil menumbuhkan perekonomian kerajaan ini dan memperluas kekuasaan Sriwijaya hingga ke pulau di luar Indonesia. Balaputradewa adalah keturunan dari Dinasti Syailendra, yakni putra dari Raja Samaratungga dengan Dewi Tara dari Sriwijaya. Hal tersebut diterangkan dalam Prasasti Nalanda. Balaputradewa merupakan seorang raja yang besar di Sriwijaya. Raja Balaputradewa menjalin hubungan erat dengan Kerajaan Benggala yang saat itu diperintah oleh Raja Dewapala Dewa. Keruntuhan Kerajaan Sriwijaya Faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya dipengaruhi oleh kerajaan yang terlalu bergantung pada kehidupan perdagangan laut, sistem ketatanegaraan yang tidak tertata dengan baik, dan kondisi kekuasaan wilayah darat yang kurang diperhatikan akibat terlalu sibuk mengembangkan kelautan. Beberapa faktor kemunduran Kerajaan Sriwijaya lainnya Kemdikbud, 2017, hlm. 109 meliputi Keadaan alam sekitar Sriwijaya yang berubah, tidak dekat lagi dengan pantai. Hal tersebut disebabkan perubahaan aliran sungai Musi, Ogan, dan Komering membawa banyak lumpur sehingga tidak kondusif untuk perdagangan. Banyak daerah kekuasaan yang memerdekakan diri dari Sriwijaya. Hal ini diperkirakan disebabkan oleh melemahnya angkatan laut Sriwijaya, sehingga pengawasan menjadi semakin sulit. Sriwijaya mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain. Utamanya, serangan yang diluncurkan oleh Raja Rajendracola dari Kerajaan Colamandala pada tahun 1017 M dan 1024 M. Kemudian tahun 1275 Kartanegara dari Singhasari melakukan ekspedisi Pamalayu yang menyebabkan daerah Melayu lepas dari genggaman Sriwijaya. Puncaknya keruntuhan kerajaan ini adalah pada tahun 1377, ketika armada laut dari Kerajaan Majapahit menyerang dan berhasil menaklukkan Kerajaan Sriwijaya. Referensi Coedes, George. 2014. Kedatuan Sriwijaya kajian sumber prasasti dan arkeologi pilihan artikel. Depok Komunitas Bambu. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2017. Sejarah Indonesia. Jakarta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Saptika. 2011. Kerajaan-kerajaan Hindu-Budha di Indonesia. Jakarta Alfabeta.
KerajaanSriwijaya adalah salah satu kerajaan maritim yang beridiri pada abad ke-7 Masehi di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Asia Tenggara dengan daerah kekuasaan berdasarkan peta membentang dari Sumatera, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Singapura, Semenanjung Malak, Thailand, Kamboja, Vietnam Selatan, Kalimantan, Jawa Barat dan
Pada kesempatan kali ini akan membahas tentang kerajaan sriwijaya atau disebut juga Srivijaya yang menjadi salah satu kemaharajaan bahari yang pernah berdiri di nusantara tepatnya di palembang pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara. Dalam bahasa Sanskerta, sri memiliki arti ābercahayaā atau āgemilangā, dan wijaya memiliki arti ākemenanganā atau ākejayaanā. Sriwijaya berarti ākemenangan yang gilang-gemilangā. kerajaan sriwijaya Lokasi Kerajaan SriwijawaSumber Sejarah Kerajaan SriwijayaPeninggalan Kerajaan SriwijayaStruktur Pemerintahan SriwijayaPerdagangan Kerajaan SriwijawaSejarah dan Agama Kerajaan SriwijayaShare thisRelated posts Lokasi Kerajaan Sriwijawa Daerah kekuasaan sriwijaya berdasarkan peta membentang dari Kamboja, Thailand Selatan, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa Barat dan kemungkinan Jawa Tengah. Menurut Prasasti Kedukan Bukit, yang bertarikh 605 Saka 683 M, Kadatuan Sriwijaya pertama kali didirikan di sekitar Palembang, di tepian Sungai Musi. peta kerajaan sriwijawa Bukti mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7 yaitu seorang pendeta Tiongkok dari Dinasti Tang, I Tsing, menulis bahwa ia berkunjung ke Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga ada pada abad ke-7, yaitu prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682. Kemunduran pengaruh Sriwijaya kepada daerah bawahannya menyusut karena terjadi beberapa peperangan, diantaranya yaitu tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, kemudian tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya. Setelah keruntuhannya, kerajaan sriwijaya terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali melalui publikasi tahun 1918 dari sejarawan Perancis George CÅdĆØs dari Ćcole franƧaise dāExtrĆŖme-Orient Sumber dari dalam negeri Sumber dari dalam negeri berupa Prasasti yang berjumlah 6 buah yang memakai bahasa Melayu Kuno dan huruf Pallawa, dan sudah menggunakan angka tahun Saka. a. Prasasti Kedukan Bukit b. Prasasti Talang Tuo c. Prasasti Telaga Batu Sumber-sumber dari luar negeri a. Prasasti Ligor b. Prasasti Nalanda Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Kerajaan yang besar dan maju seperti sriwijaya tentunya akan meninggalkan jejak seperti halnya prasasti, berikut adalah beberapa peninggalan kerajaan sriwijaya prasasti kota kapur prasasti ligor prasasti palas pasemah prasasti hujung langit prasasti telaga batu prasasti kedukan bukit Prasasti Talang Tuwo Prasasti Leiden Prasasti Berahi Candi Muara Takus Candi Muaro Jambi Candi Bahal Gapura Sriwijaya 1 . Prasasti Kota Kapur prasasti kota kapur Prasasti Kota Kapur merupakan peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di Pulau Bangka bagian Barat. ditulis dengan bahasa Melayu Kuno serta aksara Pallawa. Prasasti kota kapur ditemukan oleh Van der Meulen tahun 1892 dengan isi yang menceritakan tentang kutukan untuk orang yang berani melanggar titah dari kekuasaan Raja Sriwijaya. 2 . Prasasti Ligor Prasasti Ligor Prasasti Ligor ditemuan di Nakhon Si Thammarat, wilayah Thailand bagian Selatan yang mempunyai pahatan di kedua sisinya. Pada bagian sisi pertama diberi nama Prasasti Ligor A atau manuskrip Viang Sa, di sisi lainya merupakan Prasasti Ligor B yang kemungkinan besar dibuat oleh raja dari wangsa Sailendra 3 . Prasasti Palas Pasemah Prasasti Palas Pasemah ditemui pada pinggiran rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Di ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno aksara Pallawa dan terdiri dari 13 baris tulisan. Isi dari prasasti palas pasemah menjelaskan tentang kutukan dari bagi orang yang tak ingin tunduk dengan kekuasaan Sriwijaya. Dilihat dari aksara, Prasasti Palas Pasemah ini berasal dari abad ke-7 Masehi. 4 . Prasasti Hujung Langit Prasasti Hujung Langit merupakan salah satu Prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang ditemukan di sebuah desa bernama Desa Haur Kuning, Lampung dan juga ditulis dalam bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Isi prasasti hujung langit tidak terlalu jelas karna kerusakan yang terjadi sudah cukup banyak, namun diperkirakan berasal dari tahun 997 Masehi dan isinya tentang pemberian tanah Sima. 5 . Prasasti Telaga Batu prasasti telaga batu ditemukan pada kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II Kota Palembang tahun 1935 dan berisi tentang kutukan untuk mereka yang berbuat jahat di kedaulatan Sriwijaya dan kini disimpan pada Museum Nasional Jakarta. 6 . Prasasti Kedukan Bukit prasasti kedukan bukit Prasasti Kedukan Bukit ditemukan pada tanggal 29 November 1920 oleh M. Batenburg di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan, Tepatnya di tepi Sungai Tatang yang mengalir ke Sungai Musi. 7 . Prasasti talang tuwo prasasti talang tuwo Prasasti Talang Tuwo ini berisi tentang doa dedikasi yang menceritakan aliran Budha yang digunakan masa Sriwijaya kala itu dan merupakan aliran Mahayana dan ini dibuktikan dengan penggunaan kata khas aliran Budha Mahayana seperti Vajrasarira, Bodhicitta, Mahasattva serta annuttarabhisamyaksamvodhi. Leiden Prasasti Leiden ditulis pada lempengan tembaga dalam bahasa Sansekerta dan Tamil. Saat ini Prasasti Leiden ada di museum Belanda dengan isi menceritakan tentang hubungan baik dari dinasti Chola dari Tamil dengan dinasti Sailendra dari Sriwijaya, india Selatan. 9 . prasasti berahi prasasti berahi Prasasti Berahi ditemukan oleh Kontrolir Berhout pada tahun 1904 di tepi Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, Merangin, Jambi. prasasti ini berisi tentang kutukan untuk mereka yang melakukan kejahatan dan tidak setia dengan Raja Sriwijaya. 10. candi muara takus candi muara takus Candi Muara Takus ada di Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia dan dikelilingi dengan tembok 74 x 74 meter yang terbuat dari batu putih dengan ketinggian lebih kurang 80 cm. Struktur Pemerintahan Sriwijaya Masyarakat Sriwjaya begitu amat majemuk dan mengenal stratatifikasi sosial. Pembentukan satu negara kesatuan pada dimensi struktur otoritas politik Sriwijaya, bisa diketahui dari beberapa prasasti yang mengandung berbagai informasi penting tentang kadÄtuan, vanua, samaryyÄda, mandala dan bhÅ«mi. Penguasa Sriwijaya disebut dengan Dapunta Hyang atau Maharaja, dan pada lingkaran raja terdapat yuvarÄja putra mahkota pratiyuvarÄja putra mahkota kedua rÄjakumÄra pewaris berikutnya. Prasasti Telaga Batu menyebutkan berbagai jabatan pada struktur pemerintahan kerajaan masa Sriwijaya. Menurut Prasasti Telaga Batu, selain diceritakan kutukan raja Sriwijaya kepada siapa saja yang menentang raja, diceritakan juga berbagai jabatan dan pekerjaan yang ada pada zaman Sriwijaya. Menurut kronik Cina Hsin Tang-shu, Sriwijaya begitu luas hingga dibagi menjadi dua. Dapunta Hyang punya dua orang anak yang diberi gelar putra mahkota, yakni yuvarÄja putra mahkota, pratiyuvarÄja putra mahkota kedua. Maka dari Ahmad Jelani Halimi profesor di Universiti Sains Malaysia mengatakan bahwa untuk mencegah perpecahan di antara anak-anaknya itulah, maka kemungkinan Kerajaan Sriwijaya dibagi menjadi dua. Perdagangan Kerajaan Sriwijawa Di dunia perdagangan, Sriwijaya adalah pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan menguasai Selat Malaka dan Selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya mempunyai aneka komoditas seperti kapur barus, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah, yang mampu membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini sudah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassal-nya di seluruh Asia Tenggara. Berperan sebagai entreport atau pelabuhan utama di Asia Tenggara, dengan mendapatkan restu, persetujuan, dan perlindungan dari Kaisar China untuk bisa berdagang dengan Tiongkok, Sriwijaya mengelola jejaring perdagangan bahari dan menguasi urat nadi pelayaran antara Tiongkok dan India. Karena alasan itulah Sriwijaya harus terus menjaga dominasi perdagangannya dengan selalu mengawasi dan jika perlu memerangi pelabuhan pesaing di negara jirannya. Keperluan menjaga monopoli perdagangan ini yang mendorong Sriwijaya menggelar ekspedisi militer untuk menaklukkan bandar pelabuhan pesaing pada kawasan sekitarnya dan menyerap mereka ke dalam mandala Sriwijaya. Bandar Malayu di Jambi, Kota Kapur di pulau Bangka, Tarumanagara dan pelabuhan Sunda di Jawa Barat, Kalingga di Jawa Tengah, dan bandar Kedah dan Chaiya di semenanjung Melaya merupakan beberapa bandar pelabuhan yang ditaklukan dan diserap kedalam lingkup pengaruh Sriwijaya. Sejarah dan Agama Kerajaan Sriwijaya Didirikan pada abad ke 7 masehi. Kerajaan Sriwijaya menganut kepercayaan Agama Budha yang ada di Sumatra Selatan. Bukti Sejarah Kerajaan Sriwijaya terus berkembang hingga abad ke 14 masehi. Historiografi Sriwijaya diperoleh serta disusun dari dua macam sumber utama yaitu; catatan sejarah Tiongkok dan sejumlah prasasti batu Asia Tenggara yang sudah ditemukan dan diterjemahkan. Catatan perjalanan bhiksu peziarah I Ching menjadi sangat penting, terutama dalam menjelaskan kondisi Sriwijaya ketika ia mengunjungi kerajaan itu selama 6 bulan pada tahun 671. Kumpulan prasasti siddhayatra abad ke-7 yang ditemukan di Palembang dan Pulau Bangka juga menjadi sumber sejarah primer yang penting. Di samping itu, kabar-kabar regional yang beberapa mungkin mendekati kisah legenda, seperti Kisah mengenai Maharaja Javaka dan Raja Khmer juga memberikan sekilas keterangan. Kemudian beberapa catatan musafir India dan Arab juga menjelaskan secara samar-samar mengenai kekayaan raja Zabag yang menakjubkan. Demikianlah penjelasan tentang kerajaan sriwijaya, Semoga bermanfaat Baca Juga
KerajaanSriwijaya : Lokasi, Agama, Sejarah | dosenpintar.com. Soal: Buatlah Peta Daerah Pengaruh Kekuasaan Kerajaan Sriwijaya - Penulis Cilik. Pusat Kerajaan Sriwijaya di Palembang Tak Terbantahkan | merdeka.com. Sejarah Kerajaan Sriwijaya Mulai Berdiri, Kejayaan, Keruntuhan "lengkap"
JawabanKerajaan Sriwijaya berpengaruh di seluruh Pulau Sumatra, Semenanjung Melayu hingga ke bagian barat dan tengah Pulau Sriwijaya berpengaruh di seluruh Pulau Sumatra, Semenanjung Melayu hingga ke bagian barat dan tengah Pulau - daerah yang berhasil dikuasai antara lain sebagai berikut. Tulang-Bawang saat ini daerah Lampung. Daerah Kedah, terletak di pantai barat Semenanjung Melayu. Pulau Bangka. Daerah Jambi, tepatnya tepi Sungai Batanghari. Tanah Genting Kra, bagian utara Semenanjung Melayu. Pulau Jawa bagian barat. Dengan demikian, Kerajaan Sriwijaya berpengaruh di seluruh Pulau Sumatra, Semenanjung Melayu hingga ke bagian barat dan tengah Pulau Jawa.KerajaanSriwijaya - Letak, Tokoh, Peninggalan. by sereliciouz Maret 12, 2021. Hai, Quipperian! Kamu pasti sudah pernah mendengar nama kerajaan terkenal satu ini. Kerajaan Sriwijaya adalah kerajaan bercorak Buddha yang berdiri pada abad ke-7 Masehi. Bahkan, pada masanya, Kerajaan ini menjadi pusat agama Buddha di Asia Tenggara dan Asia Timur.
Ilustrasi kerajaan Sriwijaya PexelsSebelum mengalami keruntuhan, dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya cukup terasa bagi geo politik Nusantara di era kerajaan Hindu Budha saat situs prasasti Kedukan Bukit yang dapat dijuluki sebagai prasasti Proklamasi Kerajaan Sriwijaya menjadi tonggak pertama berdirinya Kerajaan Sriwijaya. Sriwijaya resmi ditegakkan oleh Dapunta Hyang pada tanggal 16 Juni 682 Dampak Kemunduran Kerajaan SriwijayaKerajaan Sriwijaya merupakan salah satu kerajaan besar di Nusantara. Namun, pada abad ke-11 Masehi, kerajaan ini mengalami kemunduran. Ini dia berbagai dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya bagi geo politik Nusantara1. Perubahan Peta PolitikKemunduran kerajaan Sriwijaya berdampak pada perubahan peta politik di Nusantara. Dengan hilangnya pengaruh Sriwijaya, kerajaan-kerajaan lainnya mulai bersaing untuk menguasai wilayah-wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh ini memicu konflik dan persaingan antar kerajaan yang ada di Nusantara pada saat Hilangnya Pusat KebudayaanSriwijaya dikenal sebagai pusat kebudayaan dan pendidikan pada masa lampau. Dengan kemunduran Sriwijaya, hilangnya pusat kebudayaan ini berdampak pada hilangnya arus kebudayaan dan pengetahuan di ini berdampak pada kehilangan identitas budaya dan kebudayaan yang menjadi ciri khas Hilangnya Pusat PerdaganganSriwijaya dikenal sebagai pusat perdagangan di Nusantara pada masa lampau. Dengan kemunduran Sriwijaya, hilangnya pusat perdagangan ini berdampak pada hilangnya jaringan perdagangan di ini berdampak pada menurunnya pendapatan dan pertumbuhan ekonomi di Rentannya Nusantara terhadap Serangan AsingKerajaan Sriwijaya dikenal memiliki kekuatan militer yang kuat pada masa lampau, sehingga melindungi Nusantara dari serangan kemunduran Sriwijaya, rentannya Nusantara terhadap serangan asing menjadi Berubahnya Dinamika Kekuasaan di NusantaraKemunduran kerajaan Sriwijaya berdampak pada perubahan dinamika kekuasaan di Nusantara. Sebelumnya, Sriwijaya merupakan kerajaan yang kuat dan mempengaruhi kebijakan dan keputusan politik di dengan kemunduran Sriwijaya, kekuasaan berpindah kepada kerajaan-kerajaan lainnya di Nusantara. Hal ini membuat dinamika kekuasaan di Nusantara menjadi lebih beragam dan keseluruhan, dampak kemunduran kerajaan Sriwijaya cukup terasa bagi geo politik Nusantara pada masa lampau. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda mengenai sejarah kerajaan besar Nusantara yang pernah ada.
Hubungandagang ini memberi pengaruh yang besar dalam masyarakat Indonesia, terutama dengan masuknya ajaran Hindu dan Budha, pengaruh lainnya terlihat pada sistem pemerintahan. - 300 - Telah dilakukannya hubungan pelayaran niaga yang melintasi Tiongkok. Dibuktikan dengan perjalanan dua pendeta Budha yaitu Fa Shien dan Gunavarman.
Kemunduranpengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan di antaranya tahun 1025 serangan Rajendra Chola I dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 kekuasaan Sriwijaya di bawah kendali kerajaan Dharmasraya.Setelah keruntuhannya, kerajaan ini terlupakan dan keberadaannya baru diketahui kembali lewat
PetaKerajaan Melayu - 18 images - jagoan banten peta kekuasaan wilayah kerajaan kerajaan hindu budha, peta parlimen sarawak pbb punang, kuala nerang peta, sejarah kerajaan melayu awal sumber pengajaran,
Petawilayah kekuasaan kedatuan Sriwijaya, bermula di Palembang pada tahun 600-an, di provinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota kerajaan tersebut. Pengaruh Sriwijaya tampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong
Diskusikandan uraikan jawaban kamu! Kerajaan sriwijaya (atau juga disebut srivijaya) adalah salah satu. Kerajaa sriwiaya terletak di pulau sumatera merupakan kerajaan bercorak budha terbesar di indonesia. Tahun 1183 kekuasaan sriwijaya di bawah kemudi kerajaan dharmasraya. Buatlah peta daerah pengaruh kekuasaan kerajaan sriwijaya yang jelas.
.